Indahnya 10 Dzulhijjah di Kampung Sendiri

Selamat malam,  

Alhamdulillah, puji syukur khadirat Allah SWT. atas limpahan berkahnya, kali ini saya bisa cuti longweekend ke kampung sendiri di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Eureka! 

Ya, awalnya cuti longweekend ini hanya boleh dilakukan di sekitar wilayah pulau jawa saja (Kodam Jaya, II, IV dan V). 

Tapi karena atas pertimbangan waktu untuk longweekend lumayan panjang (antara tanggal 23 sampai 27 September), akhirnya diberilah kebijakan untuk cuti keluar pulau jawa. Dan saya pun menyambut dengan gempita.

Ngomong-ngomong untuk cuti longweekend kali ini saya lakukan tanpa sepengetahuan orang tua. Mengingat beliau pernah melarang saya untuk pulang dikarenakan masalah biaya transportasi yang lumayan mahal. 

Waktu yang diberikan juga lumayan singkat karena hanya 5 hari saja (beda dengan cuti semester yang biasa dilakukan 10 hari). 

Namun karena saya ingin ziarah ke makam Tetta (Ayah), dan saya juga ingin berlebaran di rumah, Maka saya nekat untuk pulang. 

Sebenarnya bukan cuma saya yang ingin saya lebaran di rumah. Ini juga berkat dukungan kakak-kakak saya yang ingin saya ada dirumah ketika hari Idul Qurban tiba, 

Sebab ketiga abang saya kali ini tidak bisa berlebaran bersama keluarga.
Mereka juga punya tanggungjawab masing-masing yang harus mereka emban.

Sedih. Ya, memang ada sedih sih.

Tapi saya yakin mereka seperti itu justru demi masa depan bersama. 
Saya juga merasa beruntung, abang-abang saya bersedia membiayai ongkos perjalanan saya untuk pulang dan pergi dari kota Jogja hingga ke Makassar. 

Keren.

Waktu saya mau weekend ke Makassar, saya sengaja tidak bilang ke Ibu saya.
Sebelumnya saya pernah bilang di telfon kalau saya mau weekend ke rumah teman di Cilodong.

Tapi karena rasa sayang anak ke ibunya begitu besar, maka saya nyatakan pulang waktu itu.

Tepat pukul 15.00 WIB, saya keluar dari Akmil menuju ke bandara Adisucipto Jogja dengan menggunakan kendaraan Bus milik lembaga.

Waktu tempuhnya lumayan cepat berkat pengawalan dari mobil provoost Akmil. Sehingga waktu tempuh yang biasa kurang lebih 2 jam bisa disingkat menjadi 1 jam setengah.

Pukul 16.45 WIB, saya tiba beserta rombongan Akmil di bandara. Saya langsung turun kemudian bergegas menuju layanan ticketing untuk segera mendapatkan tiket pesawat.

Tidak butuh waktu lama, saya sudah mendapatkan tiket pesawat saya sendiri.
"Flight number GA-627 From Yogyakarta to Ujung Pandang" begitu kira-kira yang tertulis di tiket yang saya pegang.

Saya sudah tidak sabar rasanya segera pulang dan beristirahat dirumah. 

Waktu menunjukkan pukul 18.50 WIB. Roda pesawat pun berputar, akhirnya pesawat lepas landas menuju bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

Di dalam pesawat, saya duduk sambil mendengarkan musik dari mp3 kesayangan saya.
Sesekali saya memikirkan tentang apa yang mau saya lakukan selama dirumah. 

Saya pun mengambil kertas dan menulis planning kegiatan selama cuti singkat ini yang berlangsung hanya 5 hari. hehe

Tidak lama kemudian saya tertidur. Haha, ya mungkin faktor perjalanan panjang dari Magelang ke Jogja sore tadi. Akhirnya saya pun pulas dan terbangun ketika pesawat sudah mulai approach ke bandara Hasanuddin.

Tepat pada pukul 21.00 WITA (selisih se-jam di jawa tengah). Pesawat pun mendarat dengan aman lalu saya bergegas turun dari pesawat dan mencari penjemput saya di ruang kedatangan. Sebelumnya saya juga sudah koordinasi dengan abang saya yang tertua (Daeng Guling) tentang masalah penjemput. Kata beliau ada anggotanya yang akan menjemput saya nanti di bandara. Jadi saya segera cari siapa penjemput yang beliau maksud. Got it! akhirnya tidak butuh waktu lama, penjemput saya ketemu.

Beliau bernama Pratu Supriadi. Saya memanggilnya Pak Supri. Beliau datang menggunakan pakaian dinas lapangan (PDL) dengan baret berlambang Cakra di kepalanya. Salut.

Beliau merupakan anggota pelayan radio Komandan Kompi di 431 Kostrad Kariango, Maros. Saya bersama beliau menaiki kendaraan OZ milik Danki. Kebetulan Danki tersebut merupakan jebolan Akademi Militer tahun 2006. Jadi saya berniat menelfon beliau kemudian minta ijin agar saya diantar sampai pulang ke rumah di Takalar. Berhubung perjalanan Makassar-Takalar lumayan jauh. Beliau pun mengamini perijinan saya.

Lalu saya pun sukses diantar pulang kerumah, waktu yang ditempuh dari bandara ke Takalar kurang lebih 2 jam. Jadi saya pun memilih istirahat di mobil selama perjalanan.

Setibanya di depan rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.10 WITA. Saya turun dari mobil kemudian langsung mencoba masuk ke dalam rumah.

Damn, saya lupa kalau pintu rumah dikunci. Dan orang rumah sudah tidur pulas jam segitu. Bajigur. Artinya saya sukses jadi gelandangan sampai pagi hari. Haha

Tapi saya tidak habis akal, saya kontak hp ibu saya. Awalnya sih saya berniat mau ngasih kejutan sama Ibu. Tapi karena sudah keburu mau masuk ke dalam, akhirnya saya coba telfon Ibu.

Syukur hanya dalam waktu sekali panggilan ibu saya mengangkat. "Halo inai anne? (Halo siapa ini?). Ini saya Mak, Ichal. adaka' di Makassar ini (Saya lagi di Makassar sekarang). "Hah, dimanaki nak? (Kamu dimana nak?)". Ini saya di depan rumah, buka pintunya ma kodong (tolong buka pintunya ma). "Tut tut tut tut" (akhirnya sambungan telfon putus).

Lalu gak begitu lama akhirnya ibu membuka pintu rumah. Yehei. Saya sukses tidak jadi gelandangan pagi ini.

Alhamdulillah.

Sampai di dalam rumah, saya langsung menaruh barang-barang dan segera beristirahat, dengan harapan pagi harinya saya siap untuk melaksanakan sholat Id tanpa rasa ngantuk. 

Bunyi alarm di hp menunjukkan pukul 05.00 WITA, saya sukses terbangun.

Kemudian saya bangkit dari tempat tidur kemudian membangunkan seluruh orang di rumah. Adik-adik saya heran dengan kedatangan saya.

"Sejak kapanki pulang daeng? Kenapa baru kali ini mau pulang tidak bilang-bilang". 

"Ah sudahlah, yang penting saya sudah dirumah. Haha. Ayo segera mandi terus persiapan." 

Saya pun segera beres-beres. Adik-adik saya menggunakan baju terbaiknya, ibu saya pun demikian. Saya berangkat menuju lapangan kota Takalar. Setibanya disana saya sudah menemukan hamparan manusia yang siap melaksanakan sholat Id berjamaah. 

Lalu kami pun sukses melaksanakan sholat Id bersama-sama dengan khidmat. Alhamdulillah momen 10 Dzulhijjah dirumah sendiri sangat jarang terjadi. Apalagi status saya sekarang masih berstatus sebagai Taruna di Akmil Magelang. Sangatlah langka.

Harapan saya semoga lebaran mendatang saya dan keluarga masih diberi kesempatan serta umur panjang sehingga bisa berkumpul bersama keluarga di hari yang berkah tersebut. Semoga lebaran mendatang akan lebih berkesan. Sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Sulitnya Menulis Entri Baru

Mungkin judul postingan diatas agak mengganggu anda ketika membaca ini. Ya, memang kalau dipikir saya baru saja menyapa anda untuk kembali menulis ke dalam blog ini. Terakhir postingan yang saya update sekitar beberapa bulan silam. Ya, beberapa bulan yang lalu maksudnya. Kalau anda ketahui, kegiatan di Akademi Militer ini begitu padat dan penuh dinamika tinggi (setidaknya itu bahasa kami). Hampir tidak ada waktu untuk memikirkan sesuatu untuk sempat menulis. Padahal banyak hal yang bisa saya share. Namun menurut saya tidak semua hal yang ada di Akmil ini bisa dibagi ke semua orang. Hal-hal yang tidak perlu saya singkirkan jauh-jauh, sebaliknya untuk hal-hal yang membangun akan saya bahas disini.

Sejak saya naik ke tingkat 4, saya bersama rekan seletting mendapatkan tugas baru. Yes, that's alright! TA ngalias TUGAS AKHIR. Sebuah tugas yang akan menghabiskan tenaga dan fikiran anda. Ini ibarat tugas yang sangat berat diemban. Lebih berat daripada tugas Cooper dalam mencari planet baru di Interstellar, lebih rumit daripada tanjakan Salam Kanci, lebih terjal daripada Bukit di Kaloran, lebih sulit daripada HR 15. (Hehehe)... Karena coba anda bayangkan, kami seperti tentara yang memiliki separuh perawakan mahasiswa. Disamping meneguk kerasnya ilmu taktik tempur, kami juga harus menjadi seorang mahasiswa yang profesional di prodi kami. Banyak yang mengatakan kalau Taruna itu sebenarnya tidak butuh TA. Akan tetapi menurut saya kalau tidak ada TA, kapan lagi kita bisa menunjukkan kelebihan kita dengan mahasiswa diluar sana. Mahasiswa saja sudah "pusing pala barbie" kalau berhadapan dengan TA, apalagi Taruna. Tapi perlu anda ketahui, segala macam ilmu di lembah Tidar ini dilahap dan dicerna oleh Taruna. Kami sebagai Taruna sudah terbiasa dengan pendadakan, terbiasa dengan hal-hal yang kritis bahkan sangat rumit. Bukannya menarik benang merah sebagai pembanding antara Taruna dan Mahasiswa. Cuma saya hanya ingin menyimpulkan begitulah bunyi kebanggaan kami. "Separuh Tentara Separuh Mahasiswa, itulah kami TARUNA". (Sekian dari OT-an berdarah saya)

Oke, kembali lagi ke masalah TA. Untuk TA yang saya angkat saat ini adalah tentang konflik keamanan di Indonesia. Lebih spesifik lagi, konflik yang saya bahas tentang konflik TNI-Polri di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengapa saya ingin mengangkat tema ini? Apakah karena Makassar adalah daerah asal saya? (Ya, bisa dibilang begitu) Apakah karena saya terlibat? (Oh tidak, saya kan masih pendidikan) Apakah karena situasi yang pelik tersebut membuat saya bergairah untuk membahasnya? (lho, pertanyaan macam apa ini?) Ya, karena saya memang tertarik membahasnya, demikian.

Belakangan ini di Indonesia khususnya daerah saya di Makassar, sering terjadi kasus bentrokan antara aparat TNI dan Polri. Terakhir yang terjadi baru-baru ini yaitu kasus pengeroyokan anggota Sabhara Makassar yang ditengarai dilakukan oleh anggota TNI. Begitu pula dengan anggota TNI yang menjadi korban penusukan di lapangan Syech Yusuf, diduga dilakukan oleh anggota Polri. Tragis memang, karena kedua lembaga pertahanan dan keamanan kita terus berkonflik. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pimpinan kita untuk menjadikan kedua lembaga kebanggaan kita ini solid. Sebagai contoh di Akmil ini, untuk pendidikan tingkat 1 Capratar saat ini sudah digabung antara Taruna TNI dan Polri. Sehingga ke depannya diharapkan kedua lembaga ini saling kompak dan mendukung satu sama lain.

Untuk ujung dari TA ini belum saya selesaikan sehingga saya belum bisa menarik kesimpulan yang jelas, namun yang ingin saya sampaikan dalam postingan kali ini yaitu sebuah harapan yang sangat kita dambakan semua. "Semoga Indonesia (khususnya Makassar) bebas dari konflik TNI-Polri".

Baik itulah akhir dari postingan kali ini. Semoga OT-an saya bermanfaat bagi anda para pembaca sekalian, sekian. Wassalam.

2 komentar :

Posting Komentar