Pamungkas Jaya

Waspada Proxy War!!

Indonesia tengah mewaspadai penyebaran proxy war. Salah satu jenis peperangan ini masuk ke kategori perang yang mematikan. Akan tetapi, sebelum jauh membahas kewaspadaan Indonesia mengenai hal tersebut, apakah Anda mengerti tentang proxy war?
Berdasarkan situs voa-islam.com, proxy war diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara dua pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini sering disebut dengan boneka.
Masih dalam situs yang sama, pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak dikenal oleh siapa pun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu. Oleh karena itu, pihak-pihak seperti mahasiswa, ormas, lembaga masyarakat, dan perorangan disinyalir mudah menjadi boneka atau pihak ketiga tersebut.
Contoh dari situs voa-islam.com adalah ketika Timor Timur memulai pemberontakan dengan senjata, serta perjuangan diplomasi hingga adanya referendum lepas dari Indonesia. Dengan mengejutkan, Timor mempunyai cadangan minyak dan gas alam dengan jumlah melimpah.
Faktanya, di balik hal tersebut, Australia menggunakan isu hak asasi manusia, bahwa tiap manusia berhak untuk memilih jalan hidupnya. Alhasil, Australia mengajukan pasukan multinasionalnya dengan izin dari PBB untuk masuk ke Timor. Dengan hasil, Australia dapat ikut mengolah dan menguasai minyak dan gas alam tersebut.
Dengan contoh seperti di atas, salah satu cara untuk menghindari pihak ketiga dari proxy war adalah menjadi lebih pintar. Seperti yang dijelaskan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam seminar di gedung AH. Nasution, Akademi Militer, tentara sebagai kelompok yang dekat dengan masyarakat harus mengetahui perkembangan model peperangan terkini. 

Tidak hanya itu, penjelasan lebih lanjut dari beliau, demonstrasi, gerakan separatis, dan bentrok antar kelompok merupakan salah satu bentuk adanya pihak ketiga atau proxy war.
Kemudian, Panglima TNI menyebutkan beberapa bentuk kondisi jika Indonesia telah menjadi bahan proxy war:
  1. Menjadikan Indonesia menjadi pasar produk pihak asing
  2. Menghambat perkembangan SDM dan teknologi Indonesia agar kalah saing di mata global
  3. Pihak asing melakukan investasi besar-besaran di Indonesia
  4. Menciptakan kelompok teroris di Indonesia
  5. Memecah belah pemuda Indonesia dengan budaya konsumtif
Dari penjelasan kondisi di atas, perlu adanya refleksi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berguna untuk melihat apakah ada pihak ketiga yang ‘tidak terlihat’ untuk berusaha memecah masyarakat Indonesia.  
Lalu, berdasarkan berbagai penjelasan di atas, proxy war merupakan bentuk perang yang ‘tidak terlihat’. Dengan penjelasan ini, apakah Anda sudah mengerti tentang proxy war?


Balada Sinetron Uttaran

Mungkin diantara sekian banyak anak muda di Indonesia mengalami nasib yang sama dengan apa yang saya rasakan saat ini. Taukah anda Uttaran? Mungkin sinetron bergenre 

bollywood ini sudah tidak asing di telinga anda. Ya, film india yang sedang laris manis ini sedang naik daun dan populer di kalangan ibu-ibu. Termasuk ibu saya. Hehe.

Dan sinetron ini telah membuat kalangan ibu-ibu mengalami sindrom kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Banyak orang yang mengatakan bahwa jangan sekali-kali mengganggu ibu-ibu yang sedang berada di depan TV pada waktu sore. Karena yang akan anda temukan di layar kaca anda adalah tayangan film india yang bertuliskan UTTARAN di ujung kanan atas layar. 

Dan janganlah sekali-kali anda nekat untuk meraih remote dari tangan beliau. Sebab, apabila anda nekat meraih remote hingga mengganti chanelnya maka jangan salahkan saya apabila anda mengalami sesuatu hal yang tidak diinginkan. Apakah itu berupa makian dari ibu anda ataukah vas bunga akan melayang ke arah anda. Haha. Tapi serius, janganlah anda mencoba-coba untuk melakukannya, karena akan fatal akibatnya. Hehe

Oke, kita kembali ke Uttaran. Sosok sinetron ini telah mendewa di kalangan ibu-ibu. Hal ini justru dialami juga oleh ibu saya. Bak sihir Harry Potter, ibu saya sukses menjadikan sinetron ini sebagai the most favourite movie of the year versi beliau. Sampai-sampai saya bisa mengenal nama sinetron tersebut dari melodi intronya yang hampir tiap sore mendengung di telinga saya. "Uttaraaan....", ya begitulah bunyinya.

Ngomong-ngomong ibu saya adalah termasuk penggemar berat sinetron ini. Beliau senantiasa meluangkan waktu dari siang hingga sore hari demi menonton sinetron kesayangannya ini. (Kecuali beliau ada kelas sore, beliau libur).

Ada sedikit cerita tentang beliau yang menjadi kenangan lucu saya pada saat cuti tahun 2015 silam.

Kala itu saya bermaksud untuk mengajak beliau nonton film di bioskop. Kebetulan banyak film baru yang sedang tayang, jadi saya berencana mengajak beliau ikut nonton bersama saya. Bioskop pilihan saya kali ini jatuh ke Cinema XXI Premier yang berlokasi di Mall Pannakkukang Makassar. 

Jarak tempuh dari rumah saya ke mall tersebut lumayan jauh, memakan waktu kurang lebih satu jam dengan menggunakan mobil (belum termasuk kendala macet di jalan). Saya berencana membeli tiket yang akan tayang jam 19.00 WITA. Sehingga saya harus menentukan waktu berangkat dan menarik mundur ke siang hari supaya saya bisa menonton film yang saya inginkan sebelumnya.

Saya pun segera menemui beliau yang sedang asik nonton TV di ruang tengah. Beliau dengan wajah serius sedang menyaksikan layar kaca. Alhasil, sudah kuduga, beliau sedang khusyuk menonton film Uttaran. Dengan nada bicara yang sedikit dipelankan, saya pun menegur beliau dengan sopan. Mak, ambe minawang sigang nakke, erokka mange cini'-cini' ri bioskopka, erokki minawang? (Ma, ayo ikut dengan saya, saya mau nonton film di bioskop, mama mau ikut?). Sayangnya beliau tidak menoleh sama sekali. Beliau tidak merespon apa-apa. Haha. Dengan wajah yang masih serius, beliau masih terpaku dan asik dengan layar kaca. Kemudian saya ulangi lagi untuk menyapa beliau. Mak, ambe mange ri bioskopka accini'-cini', erokki'? (Ma, ayo kita ke bioskop nonton film, mama mau ikut?)

Sontak ibu saya menjawab, Teako rodong anak, pa'le'baki rodong anne pellenga nampa a'lampaki' (Tunggu dulu nak, biarkan film ini selesai baru kita pergi). Sanggenna tette' siapa anne pellenga na la'busu' amma'? (Sampai jam berapa film ini selesai ma?). Sanggenna karueng tette' 5 (Sampe sore jam 5). Luar biasa, film ini ternyata tayang hingga 3 jam. Wow.

Tapi mak, lantangi bangngia sallang (Tapi ma, nanti kita kemalaman). Sambil tersenyum beliau menjawab, Iyo paeng nak, siap-siapka' dulu, tayangi rong, iklanpi anne nampa sudahmi (Ya sudah nak, saya persiapan dulu, tunggu dulu, biar ini iklan dulu baru selesai ya). Amazing! Haha

Setelah beliau berpakaian, kami pun berangkat tepat jam 15.29 WITA. Saya juga mengajak Kiki (adik saya yang bungsu), kebetulan dia juga lincah nyetir jadi saya ikutkan dia buat jaga-jaga. Saat di tengah jalan, keadaan normatif tanpa hal-hal menonjol hingga akhirnya ibu saya menelefon seseorang, dari cara bicara beliau sepertinya beliau sudah akrab dan tidak asing dengan orang ini. Ternyata beliau sedang berbicara dengan Ibu Cahya (sebut saja begitu, nama beliau disamarkan). Hehe. Ibu Cahya juga merupakan Uttaran addicted dan sudah menjadi penggemar berat sejak kali pertama Uttaran tampil di TV. Ibu saya pun juga tahu film Uttaran dari beliau sehingga mereka nyambung kalo lagi ngumpul.

Puncak dari ceritanya dan yang membuat saya takjub adalah ketika dalam obrolan tersebut beliau bertanya, Oe bu Cahya, jari ngapami Tapasha? (Eh bu Cahya, jadi gimana kabarnya Tapasha?). Haha ternyata ibu menanyakan kabar salah satu sosok karakter dalam film Uttaran. 

Kemudian ibu berkata lagi, Oe bu Cahya, kicaritai di anne episodena alloa antekamma ka tena na la'busu' kucini' pellengna sumpaeng (Oh bu Cahya, tolong nanti ceritakan episode hari ini seperti apa karena tadi saya tidak sempat menyelesaikan filmnya).

Saya pun dan adik saya tertawa mendengar obrolan beliau. Ibu saya pun menyadari hal tersebut dan ikut tertawa. Kalau di telefon kita bicara tentang keperluan itu sudah biasa, tapi kalo di telefon kita bicara masalah film Uttaran, ini baru luar biasa haha. Walaupun ibu saya pecinta film india, saya dan saudara-saudara saya memaklumi serta sangat sayang kepada beliau. 

Rasa patuh kami tidak akan kurang sedikitpun. Dan kami pun akan melakukan apa saja yang penting bisa membuat beliau bahagia dan tersenyum. Semoga cerita ini berkenan, demikian.